free web page counters 10 Film Action Non Box Office Terbaik! – Koko Cafe

10 Film Action Non Box Office Terbaik!

Film action selalu menjadi salah satu genre favorit banyak orang karena mampu menghadirkan adrenalin tinggi . Namun, tidak semua film action yang berkualitas lahir dari deretan blockbuster. Beberapa justru mendapatkan tempat spesial di hati penonton meskipun tidak sukses secara komersial. Berikut ini adalah 10 film action non box office terbaik yang memiliki cerita menarik dan aksi yang tak kalah memukau. Siap? Mari kita mulai!

VFW (2019)

VFW adalah film action thriller dengan atmosfer retro yang sangat kental. Film ini mengikuti sekelompok veteran perang yang harus mempertahankan bar mereka dari serangan geng kriminal brutal. Ketika seorang gadis muda melarikan diri ke bar tersebut dengan membawa narkoba yang dicuri dari geng tersebut, para veteran ini tidak punya pilihan selain bertarung untuk bertahan hidup.

Penuh kekerasan dengan gaya klasik, film ini mengingatkan pada film-film action tahun 80-an. Setiap adegan pertarungan di bar kecil ini terasa intens dan penuh ketegangan, dengan para karakter veteran menunjukkan kecerdasan dan keberanian mereka meski menghadapi musuh yang lebih muda dan lebih banyak. Ditambah lagi, nuansa visual film yang gelap dan neon membuat atmosfernya semakin menarik.

Meskipun tidak mendapatkan perhatian besar di bioskop, VFW menjadi favorit para penggemar action yang menyukai film dengan gaya retro dan aksi yang murni. Film ini adalah penghormatan bagi film-film action lama sekaligus bukti bahwa cerita sederhana bisa menjadi dasar untuk aksi yang menghibur dan seru.

Green Room (2015)

Ketegangan adalah inti dari Green Room, sebuah film thriller action yang menggambarkan perjuangan bertahan hidup di situasi yang tidak terduga. Kisahnya berfokus pada sebuah band punk rock yang secara tidak sengaja menyaksikan pembunuhan di sebuah bar terpencil yang dikelola oleh kelompok neo-Nazi. Mereka pun terjebak di dalam bar dan harus bertarung mati-matian untuk melarikan diri.

Green Room berhasil menciptakan atmosfer yang sangat intens melalui penggambaran situasi claustrophobic dan aksi yang realistis. Setiap adegan penuh dengan ketegangan, karena para karakter harus menghadapi musuh yang jauh lebih banyak dan lebih terorganisir. Patrick Stewart, yang memerankan pemimpin geng, tampil luar biasa sebagai antagonis yang dingin dan menakutkan.

Dengan premis sederhana, Green Room menyajikan aksi yang penuh emosi dan ketegangan. Film ini adalah pilihan yang tepat untuk penonton yang menyukai cerita dengan aksi brutal dan suasana yang mencekam dari awal hingga akhir.

The Raid: Redemption (2011)

Salah satu film action terbaik yang mengangkat nama Indonesia di kancah internasional adalah The Raid: Redemption. Karya sutradara Gareth Evans ini bercerita tentang tim SWAT yang terjebak di sebuah gedung apartemen penuh penjahat ketika mereka mencoba menangkap seorang bos mafia. Ketegangan dimulai sejak awal film, di mana aksi brutal dan pertarungan tanpa henti menjadi sajian utama.

Iko Uwais, pemeran utama dalam film ini, menampilkan keahlian bela diri Pencak Silat yang luar biasa. Setiap adegan pertarungan dirancang dengan koreografi yang memukau, memberikan kesan realistis dan intens. Salah satu adegan yang paling diingat adalah pertarungan di lorong sempit yang menampilkan keberanian dan keterampilan karakter Rama dalam menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Film ini tidak meraih kesuksesan besar di box office, tapi The Raid mendapatkan banyak penghargaan internasional dan pujian dari kritikus. Film ini juga menjadi inspirasi bagi banyak film action modern lainnya, membuktikan bahwa dengan cerita yang solid dan aksi yang memukau, sebuah film dapat meninggalkan dampak besar tanpa harus menjadi blockbuster.

Upgrade (2018)

Film Upgrade membawa nuansa futuristik ke dalam genre action dengan cerita yang segar dan inovatif. Berkisah tentang Grey Trace, seorang pria yang lumpuh setelah insiden tragis yang menewaskan istrinya. Hidupnya berubah drastis ketika sebuah chip canggih bernama STEM diimplantasikan ke tubuhnya. STEM memberinya kemampuan luar biasa untuk melacak para pelaku dan membalas dendam.

Kekuatan utama Upgrade terletak pada cara film ini menampilkan teknologi yang futuristik namun tetap terasa dekat dengan kenyataan. Adegan pertarungan yang memanfaatkan gerakan mekanis yang dikendalikan STEM menjadi salah satu daya tarik utama. Gerakan Grey yang presisi, ditambah dengan sudut pengambilan gambar yang unik, memberikan pengalaman menonton yang berbeda dari film action pada umumnya.

Meski hanya memiliki anggaran kecil, Upgrade berhasil mendapatkan perhatian karena plot yang cerdas dan aksi yang intens. Film ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan eksekusi yang matang mampu menggantikan anggaran besar dalam menciptakan karya berkualitas. Jika Anda menyukai film yang memadukan aksi dengan elemen sci-fi, Upgrade adalah pilihan yang tepat.

Snowpiercer (2013)

Sutradara Bong Joon-ho menghadirkan film yang memadukan aksi, drama, dan kritik sosial dalam Snowpiercer. Ceritanya berfokus pada perjuangan kelas dalam sebuah kereta api yang bergerak tanpa henti di dunia yang membeku akibat perubahan iklim. Chris Evans memerankan Curtis, pemimpin pemberontakan para penumpang kelas bawah yang ingin merebut kendali kereta dari para elit di gerbong depan.

Snowpiercer berhasil menampilkan adegan aksi yang intens, terutama saat adegan pertarungan di lorong sempit melawan penjaga bersenjata kapak. Penggunaan ruang terbatas di dalam kereta membuat setiap pertempuran terasa lebih intens dan mendalam. Selain itu, latar belakang distopia yang unik memberikan atmosfer yang tidak biasa, menjadikan Snowpiercer lebih dari sekadar film action biasa.

Snowpiercer mendapat banyak pujian karena kekayaan ceritanya dan visual yang memukau. Film ini juga membuktikan kemampuan Bong Joon-ho dalam menggabungkan aksi dengan narasi yang penuh makna, membuatnya layak untuk ditonton lebih dari sekali.

Equilibrium (2002)

Dalam dunia dystopian yang digambarkan oleh Equilibrium, emosi manusia dianggap sebagai akar dari semua konflik dan dilarang oleh pemerintah. Setiap individu diwajibkan mengonsumsi obat untuk menekan perasaan mereka. John Preston, seorang agen pemerintah yang awalnya taat, mulai mempertanyakan aturan ini ketika ia berhenti menggunakan obat tersebut dan merasakan kebebasan emosional.

Film ini menonjolkan aksi yang unik melalui teknik bertarung “gun kata,” yang menggabungkan seni bela diri dengan tembak-menembak. Adegan-adegan aksinya terlihat seperti tarian yang elegan namun mematikan. Selain itu, tema tentang kebebasan dan kemanusiaan memberikan kedalaman pada cerita yang disajikan, menjadikannya lebih dari sekadar film action.

Walaupun tidak sukses besar di box office, Equilibrium mendapat status cult di kalangan penggemar sci-fi dan action. Dengan kombinasi aksi yang memukau dan narasi filosofis, film ini layak mendapatkan perhatian lebih dari penonton yang mencari sesuatu yang berbeda.

Shot Caller (2017)

Shot Caller adalah film action yang menawarkan cerita emosional dan penuh intrik. Film ini mengikuti perjalanan Jacob (Nikolaj Coster-Waldau), seorang eksekutif sukses yang dipenjara setelah insiden kecelakaan fatal. Di penjara, Jacob terpaksa bergabung dengan kelompok kriminal untuk bertahan hidup, yang akhirnya membawanya menjadi pemimpin kejam dalam dunia bawah tanah.

Tidak hanya menampilkan adegan action yang intens, Shot Caller juga menggambarkan transformasi karakter Jacob dari seorang pria biasa menjadi sosok yang tak kenal ampun. Setiap keputusan yang dia buat terasa berat, karena Jacob harus terus menyeimbangkan kelangsungan hidupnya dengan moralitasnya. Adegan-adegan perkelahian di penjara dan ketegangan saat Jacob menjalankan perintah geng kriminal membuat film ini semakin menarik untuk ditonton.

Meskipun Shot Caller tidak memiliki kampanye promosi besar, film ini berhasil mencuri perhatian penggemar action berkat narasi yang kuat dan akting memukau Nikolaj Coster-Waldau. Dengan perpaduan drama dan aksi yang mendalam, Shot Caller menjadi salah satu film action terbaik yang layak mendapatkan apresiasi lebih.

13 Assassins (2010)

Film karya Takashi Miike ini membawa penonton kembali ke era samurai dengan kisah yang penuh kehormatan dan pengorbanan. 13 Assassins mengikuti sekelompok samurai yang berjuang untuk menghentikan seorang panglima perang kejam bernama Matsudaira Naritsugu. Mereka bersatu dalam misi bunuh diri untuk melindungi negara dari ancaman tirani yang semakin besar.

Film ini menonjolkan aksi yang intens, terutama pada klimaksnya, yaitu pertempuran epik yang berlangsung hampir satu jam. Dengan koreografi pertarungan yang brutal namun artistik, setiap adegan mencerminkan kegigihan para samurai dalam menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak. Miike berhasil menangkap esensi kehormatan samurai melalui narasi yang menggugah dan visual yang indah.

13 Assassins menerima banyak pujian dari kritikus internasional. Film ini tidak hanya menampilkan aksi yang luar biasa, tetapi juga menyampaikan pesan tentang keberanian, loyalitas, dan pengorbanan. Bagi para penggemar cerita samurai, film ini adalah sebuah mahakarya yang wajib ditonton.

Drug War (2012)

Drug War adalah film action-thriller asal Hong Kong yang menghadirkan cerita kompleks tentang dunia perdagangan narkoba. Disutradarai oleh Johnnie To, film ini mengikuti kisah seorang bos kartel narkoba yang dipaksa bekerja sama dengan polisi setelah tertangkap. Ketegangan meningkat ketika ia harus mengkhianati rekan-rekannya demi menyelamatkan dirinya sendiri.

Drug War dianggap mampu menawarkan pendekatan realistis terhadap dunia kriminal, dengan adegan aksi yang intens dan penuh strategi. Salah satu momen terbaik dalam film ini adalah baku tembak di klimaks cerita, yang digambarkan dengan sangat detail dan brutal. Pendekatan Johnnie To terhadap aksi membuat setiap adegan terasa relevan dan tidak berlebihan, menjadikan film ini lebih dari sekadar hiburan biasa.

Drug War tidak mendapatkan perhatian besar di pasar global, tetapi film ini berhasil menarik hati para penggemar action yang mencari cerita dengan kedalaman dan ketegangan. Dengan eksekusi yang tajam dan cerita yang menggugah, Drug War adalah salah satu film action Asia terbaik yang patut diperhitungkan.

Boss Level (2021)

Boss Level menghadirkan konsep unik dalam genre action dengan memadukan elemen fiksi ilmiah dan komedi gelap. Film ini bercerita tentang Roy Pulver (diperankan oleh Frank Grillo), seorang mantan anggota pasukan khusus yang terjebak dalam lingkaran waktu. Setiap kali hari berulang, ia harus menghadapi berbagai pembunuh yang terus mencoba menghabisinya. Sambil mencoba bertahan hidup, Roy juga berusaha mengungkap misteri di balik fenomena ini dan menyelamatkan keluarganya.

Keunikan film ini terletak pada cara Roy menggunakan pengalamannya dalam lingkaran waktu untuk meningkatkan kemampuan bertarung dan bertahan hidup. Setiap adegan pertarungan terasa segar karena Roy selalu menemukan cara baru untuk mengalahkan lawan-lawan uniknya, seperti pembunuh bersenjata berat hingga ahli pedang yang mematikan. Kombinasi aksi seru dengan elemen humor membuat Boss Level menjadi film yang menghibur dan tidak membosankan.

Boss Level berhasil memikat hati para penggemar film action berkat konsepnya yang segar dan eksekusinya yang penuh energi. Film ini adalah pilihan sempurna bagi mereka yang menyukai cerita tentang aksi tanpa henti yang dibalut dengan kejenakaan dan keunikan plot.

Film action tidak harus selalu berpusat pada kesuksesan box office untuk menunjukkan kualitasnya. Deretan film di atas membuktikan bahwa cerita yang kuat, karakter yang menarik, dan eksekusi yang apik dapat menciptakan pengalaman menonton yang luar biasa. Jadi, Geeks, film mana yang sudah kalian tonton? Atau ada yang baru masuk daftar tontonan kalian? Selamat menikmati!

Artikel 10 Film Action Non Box Office Terbaik! pertama kali tampil pada Greenscene.

About admin